Transparansi hukum dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) menjadi dua hal penting yang menentukan wajah demokrasi di Indonesia. Namun, dalam praktiknya, transparansi hukum dan HAM di Indonesia masih menghadapi tantangan serius: mulai dari ketimpangan akses keadilan hingga bias penegakan hukum.
Meski sudah banyak regulasi yang mendukung perlindungan HAM, sering kali pelaksanaannya di lapangan tidak konsisten. Inilah yang membuat isu ini menjadi penting untuk terus dibicarakan dan diawasi oleh masyarakat sipil.
1. Ketimpangan Akses Terhadap Keadilan
Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan dalam akses hukum. Masyarakat di kota besar mungkin lebih mudah mendapat bantuan hukum, sementara masyarakat di pelosok sering kali tidak tahu ke mana harus mengadu.
Padahal, konstitusi menjamin hak semua warga negara untuk mendapat perlindungan hukum. Namun pada praktiknya, yang punya uang lebih sering mendapatkan perlakuan istimewa dibanding yang tidak punya akses dan pengetahuan hukum.
2. Penegakan HAM yang Masih Tebang Pilih
Kasus pelanggaran HAM berat seperti penghilangan paksa, penembakan misterius, hingga kekerasan terhadap kelompok rentan masih banyak yang belum tuntas. Bahkan, beberapa di antaranya justru berakhir di ruang gelap tanpa kejelasan proses hukum.
Masalah ini memperkuat persepsi bahwa transparansi hukum dan HAM di Indonesia masih jauh dari ideal. Ketika pelaku kekerasan dibiarkan tanpa hukuman, masyarakat jadi kehilangan kepercayaan pada sistem.
3. Peran Media dan Masyarakat Sipil
Di sisi lain, media dan organisasi masyarakat sipil memainkan peran penting dalam mengawasi pelaksanaan hukum dan perlindungan HAM. Mereka berfungsi sebagai jembatan suara publik—membongkar kasus, memberikan tekanan kepada aparat, dan menciptakan kesadaran kolektif.
Kekuatan media sosial juga turut membongkar banyak kasus yang dulunya tidak mendapat perhatian. Dari sini kita melihat bahwa transparansi bisa dimulai dari partisipasi aktif warga.
4. Pentingnya Edukasi Hukum Sejak Dini
Transparansi dan kesadaran hukum tidak akan tumbuh jika masyarakat tidak paham hak dan kewajibannya. Pendidikan hukum tidak hanya tugas kampus atau fakultas hukum, tapi juga perlu ditanamkan lewat sekolah, konten digital, dan komunitas lokal.
Dengan pemahaman dasar tentang hukum dan HAM, masyarakat akan lebih berani bertanya, mengkritik, dan memperjuangkan haknya.
5. Harapan Menuju Reformasi Hukum yang Lebih Terbuka
Meski situasi belum ideal, harapan tetap ada. Pemerintah dan lembaga hukum perlahan mulai membuka diri terhadap transparansi data, audit kinerja, dan laporan dari publik. Inisiatif digital seperti e-court, keterbukaan informasi publik, hingga sistem pengaduan online mulai diperkenalkan.
Jika dijalankan secara konsisten dan diawasi bersama, bukan tidak mungkin transparansi hukum dan HAM di Indonesia akan makin kuat dan berdampak luas.
Penutup
Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil dan suara yang terus disuarakan. Keterbukaan hukum dan perlindungan HAM adalah fondasi negara demokratis. Dan tugas kita bersama untuk memastikan agar hal itu bukan sekadar wacana.
Untuk opini, edukasi hukum, dan laporan isu HAM terbaru, kunjungi conciliacionrealesy dan ikut jadi bagian dari masyarakat yang melek hukum.